Membesarkan anak di era digital menghadirkan tantangan dan peluang yang unik bagi para orang tua. Pengaruh teknologi yang meluas dalam kehidupan anak-anak membutuhkan pendekatan proaktif dalam mengasuh anak yang menekankan pada bimbingan, pendidikan, dan pembentukan kebiasaan digital yang sehat. Ketika anak-anak semakin terlibat dengan platform digital, orang tua harus menavigasi kompleksitas media sosial, pembelajaran online, dan potensi risiko yang terkait dengan waktu layar yang berlebihan.

Perilaku orang tua secara signifikan memengaruhi penggunaan media sosial anak-anak dan potensi kecanduan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa orang tua memainkan peran penting dalam membimbing anak-anak mereka untuk mengendalikan diri terkait keterlibatan digital. Bimbingan ini termasuk mendiskusikan kelebihan dan kekurangan media sosial, membantu anak-anak mengembangkan strategi untuk mengelola waktu online mereka secara efektif, dan membina komunikasi terbuka tentang pengalaman online mereka (Ma, 2023). Dengan berpartisipasi aktif dalam kehidupan digital anak-anak mereka, orang tua dapat mengurangi risiko yang terkait dengan waktu penggunaan gawai yang berlebihan dan mendorong kebiasaan online yang lebih sehat.

Selain itu, status sosial ekonomi keluarga dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk memediasi penggunaan internet anak-anak mereka secara efektif. Penelitian telah menunjukkan bahwa keluarga yang kurang mampu secara ekonomi sering kali menghadapi kesenjangan generasi digital, di mana orang tua mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memantau dan membimbing aktivitas online anak-anak mereka. Kesenjangan ini menggarisbawahi perlunya program pendidikan media formal dan informal yang membekali orang tua dengan alat untuk memahami dan terlibat dengan pengalaman digital anak-anak mereka (Lee, 2012). Dengan meningkatkan literasi digital orang tua, keluarga dapat menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan lebih mendukung untuk anak-anak.

Selain faktor sosial-ekonomi, usia anak juga memengaruhi strategi mediasi orang tua. Penelitian menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia anak, terutama setelah usia lima tahun, orang tua cenderung meningkatkan mediasi yang lebih ketat dan aktif terhadap aktivitas online. Tren ini terutama terlihat ketika anak-anak mulai terlibat dengan platform media sosial (Nikken & Haan, 2015). Kekhawatiran orang tua yang tinggi terhadap keamanan anak-anak mereka saat online sering kali membuat mereka menerapkan kontrol dan praktik pemantauan yang lebih ketat. Namun, penting bagi orang tua untuk menyeimbangkan pembatasan ini dengan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan keterampilan dan otonomi digital mereka sendiri.

Pandemi COVID-19 semakin menyoroti pentingnya keterlibatan digital dalam pendidikan anak-anak. Dengan beralihnya sekolah ke pembelajaran daring, orang tua harus beradaptasi dengan peran baru sebagai fasilitator pendidikan anak. Penelitian yang dilakukan selama periode ini mengungkapkan bahwa orang tua khawatir akan dampak negatif dari peningkatan waktu di depan layar terhadap kesehatan dan perkembangan anak (Dong et al., 2020). Situasi ini menekankan perlunya orang tua untuk menemukan keseimbangan antara memfasilitasi pembelajaran daring dan memastikan bahwa anak-anak mereka terlibat dalam kegiatan luring yang mempromosikan kesejahteraan secara keseluruhan.

Mediasi digital orang tua mencakup berbagai strategi yang dapat digunakan orang tua untuk memandu penggunaan media oleh anak-anak mereka. Strategi ini dapat berkisar dari tindakan yang membatasi, seperti menetapkan batas waktu penggunaan layar, hingga pendekatan yang lebih suportif yang mendorong dialog terbuka tentang pengalaman daring (Rudnova et al., 2023). Efektivitas strategi ini sering kali bergantung pada kebutuhan masing-masing anak dan keadaan keluarga yang unik. Misalnya, anak-anak dengan tingkat kompetensi digital yang berbeda mungkin memerlukan pendekatan yang disesuaikan untuk mediasi, yang menyoroti pentingnya memahami konteks spesifik setiap anak (Rudnova et al., 2023).

Selain itu, dampak penggunaan media oleh orang tua terhadap perilaku anak juga tidak dapat diabaikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa pola konsumsi media anak-anak sering kali mencerminkan pola konsumsi media orang tua mereka. Misalnya, orang tua yang sering menggunakan media sosial mungkin secara tidak sengaja mendorong perilaku serupa pada anak-anak mereka, yang mengarah pada potensi masalah yang berkaitan dengan waktu penggunaan media dan kecanduan media sosial (Poulain et al., 2019). Pengamatan ini menggarisbawahi perlunya orang tua untuk mencontohkan kebiasaan bermedia yang sehat dan melakukan refleksi diri terkait perilaku digital mereka sendiri.

Ketika anak-anak menavigasi kompleksitas media sosial, mereka mungkin juga mengalami perasaan cemas terkait interaksi online, seperti rasa takut ketinggalan (fear of missing out/FOMO). Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak sekolah dasar semakin terlibat dengan media sosial di lingkungan yang kurang teregulasi, seperti kamar tidur mereka, yang dapat memperburuk perasaan ini (D'Lima & Higgins, 2021). Untuk mengatasi masalah ini, orang tua harus membina lingkungan yang saling percaya dan komunikasi yang terbuka, sehingga anak-anak dapat mengekspresikan kekhawatiran mereka dan mencari bimbingan saat dibutuhkan.

Selain kesejahteraan emosional, dampak akademis dari penggunaan media sosial juga menjadi pertimbangan penting bagi orang tua. Bukti menunjukkan bahwa waktu penggunaan gawai yang berlebihan dapat mengurangi prestasi akademik anak, terutama jika dilakukan pada akhir pekan (Donelle et al., 2021). Oleh karena itu, orang tua harus waspada dalam memantau konsumsi media anak-anak mereka dan memastikan bahwa hal tersebut tidak mengganggu tanggung jawab pendidikan mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat jadwal terstruktur yang mengalokasikan waktu untuk pembelajaran online dan kegiatan rekreasi.

Peran faktor budaya dan sosio-ekonomi dalam membentuk praktik pengawasan orang tua juga penting. Penelitian menunjukkan bahwa orang tua dari latar belakang yang berbeda mungkin memiliki tingkat kesadaran yang berbeda mengenai potensi risiko yang terkait dengan penggunaan media sosial. Misalnya, orang tua yang kurang berpendidikan mungkin kurang mengontrol aktivitas online anak-anak mereka, yang dapat menyebabkan peningkatan paparan terhadap konten berbahaya (Ali, 2023). Kesenjangan ini menyoroti pentingnya strategi pengasuhan anak yang peka terhadap budaya yang mempertimbangkan beragam pengalaman keluarga di era digital.

Selain itu, lanskap digital terus berkembang, dan orang tua harus tetap mendapat informasi tentang tren dan teknologi yang muncul yang dapat memengaruhi pengalaman online anak-anak mereka. Misalnya, munculnya platform dan aplikasi media sosial baru mengharuskan orang tua untuk terus memberikan edukasi kepada orang tua untuk memahami potensi risiko dan manfaat yang terkait dengan alat-alat tersebut (Keith & Steinberg, 2017). Dengan tetap terlibat dan mendapat informasi, orang tua dapat mendukung anak-anak mereka dengan lebih baik dalam menavigasi dunia digital.

Kesimpulannya, membesarkan anak di era digital membutuhkan pendekatan multifaset yang mencakup bimbingan, pendidikan, dan partisipasi aktif dalam kehidupan online mereka. Orang tua harus proaktif dalam mendiskusikan implikasi dari penggunaan media sosial, membina pengaturan diri, dan mencontohkan perilaku digital yang sehat. Dengan memahami tantangan unik yang ditimbulkan oleh faktor sosial-ekonomi, perbedaan usia, dan konteks budaya, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung yang mempromosikan kesejahteraan anak-anak mereka di dunia yang semakin digital.

References:

Ali, M. (2023). The impact of cultural and socioeconomic factors on parental monitoring, parental social media use, and children's perceptions of social media. International Journal of Advanced Humanities Research, 3(2), 86-120. https://doi.org/10.21608/ijahr.2023.224596.1020

D'Lima, P. and Higgins, A. (2021). Social media engagement and fear of missing out (fomo) in primary school children. Educational Psychology in Practice, 37(3), 320-338. https://doi.org/10.1080/02667363.2021.1947200

Donelle, L., Facca, D., Burke, S., Hiebert, B., Bender, E., & Ling, S. (2021). Exploring canadian children’s social media use, digital literacy, and quality of life: pilot cross-sectional survey study. Jmir Formative Research, 5(5), e18771. https://doi.org/10.2196/18771

Dong, C., Cao, S., & Li, H. (2020). Young children’s online learning during covid-19 pandemic: chinese parents’ beliefs and attitudes. Children and Youth Services Review, 118, 105440. https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2020.105440

Keith, B. and Steinberg, S. (2017). Parental sharing on the internet. Jama Pediatrics, 171(5), 413. https://doi.org/10.1001/jamapediatrics.2016.5059

Lee, S. (2012). Parental restrictive mediation of children’s internet use: effective for what and for whom?. New Media & Society, 15(4), 466-481. https://doi.org/10.1177/1461444812452412

Ma, L. (2023). Research on the influence of parental behavior on childrens social media addiction. Lecture Notes in Education Psychology and Public Media, 11(1), 145-151. https://doi.org/10.54254/2753-7048/11/20230733

Nikken, P. and Haan, J. (2015). Guiding young children’s internet use at home: problems that parents experience in their parental mediation and the need for parenting support. Cyberpsychology Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 9(1). https://doi.org/10.5817/cp2015-1-3

Poulain, T., Ludwig, J., Hiemisch, A., Hilbert, A., & Kieß, W. (2019). Media use of mothers, media use of children, and parent–child interaction are related to behavioral difficulties and strengths of children. International Journal of Environmental Research and Public Health, 16(23), 4651. https://doi.org/10.3390/ijerph16234651

Rudnova, N., Kornienko, D., Semenov, Y., & Егоров, В. (2023). Characteristics of parental digital mediation: predictors, strategies, and differences among children experiencing various parental mediation strategies. Education Sciences, 13(1), 57. https://doi.org/10.3390/educsci13010057